Sobat .........

Teman-teman yang melihat halaman ini, halaman web ini adalah untuk tujuan 'pembelajaran' saja dan jika anda merasakan artikel-artikel atau isu-isu ini membebankan saudara maka diharap kiranya saudara keluar dari halaman ini.

Jika anda dibawah 18 tahun, mohon maklum bahawa kami tidak bertanggungjawap atas apa-apa bentuk pelakuan saudara-saudara semua akibat membaca halaman ini.

Halaman web ini tidaklah selengkap yang adna ingikan tetapi diharap anda mendapat pengetahuan dan menggunakannya sebaik mungkin.

Silahkan hubungi kami jika terdapat apa-apa cadangan serta komentar yang membina dari saudara-saudara. Semoga jaya!

Minggu, 08 Mei 2011

SEKS DILUAR NIKAH






Beberapa orang telah menganggap berhubungan seks sebelum menikah atau yang sering disebut sebagai seks pranikah adalah lumrah… betulkah itu ?
 Keperawanan maupun keperjakaan tidaklah menjadi tolak ukur. Asal didasarkan suka sama suka, semua sah-sah saja. Toh, yang penting tidak merugikan orang lain betulkah….?
Sementara itu, beberapa yang lainnya masih menganggap bahwa keperawanan dan keperjakaan itu benar-benar penting. Jadi, yang mana yang benar…….?
Apakah ini hanyalah soal pilihan hidup seperti yang disebut-sebut orang…….?
Menurut saya ini bukanlah pilihan hidup, tidak ada yg mesti dibandingkan karena jawabannya hanya satu. Apakah itu?
Silahkan jawab sendiri.
Usia pubertas yang semakin dini memicu para remaja ini memulai aktivitas “mencintai-dicintai” lebih dini. Seperti postingan sebelumnya yang menyatakan bahwa usia seseorang untuk berpacaran semakin muda. Padahal di usia tersebut yang disebut “mekarnya masa remaja” merupakan keadaan yang rentan akan segala godaan. Coba Anda sendiri tanyakan pada diri Anda:
“Seberapa cepat Anda mengambil keputusan sewaktu muda…………………? Rasa-rasanya semuanya menggebu-gebu bukan?
Nah, karena perasaan menggebu-gebu itulah yang membuat beberapa remaja jatuh ke dalam jurang “seks pranikah”. Tak mampu lagi untuk menunggu. Belum lagi mereka dibombardir oleh media massa yang menggembar-gemborkan bahwa seks itu adalah suatu kesenangan..
 (Siapa bilang seks tidak menyenangkan………………………………………? Namun adalah tidak hanya untuk sesaat jika hal tersebut dilakukan pada waktu dan tempat yang semestinya). Akibatnya ada yang terkena penyakit-penyakit kelamin atau bahkan AIDS – karena sering bergonta-ganti pasangan. yang lainnya mengalami kehamilan di luar nikah.
Bukankah menggunakan alat-alat kontrasepsi contohnya kondom bisa mencegah akibat buruk yang disebutkan di atas?
Tidak dijamin seratus persen bahwa ‘pengaman-pengaman’ itu bisa mencegahnya. Semuanya pasti memiliki prosentase kegagalan. ……… Oke,… bisalah dikatakan bahwa kegagalan itu hanyalah segelintir kecil, namun mari kita simak dampak yang lebih berbahaya daripada dampak fisik!
Dampak Psikologis
Sesungguhnya jika seseorang telah berhubungan seks sebelum ada ikatan pernikahan, dia telah belajar untuk menjadi anak-anak bukannya dewasa. Mengapa?
Karena pada saat dia terhanyut dalam lautan asmara – dia tak mampu mengendalikan api-api cinta yang membakarnya. Tak ada pengendalian diri!
Poin yang lain adalah mereka bukanlah orang yang sabar. Tak ada pengendalian diri tadinya tentu saja menunjukkan bahwa dia bukanlah seseorang yang sabaran. Dan, sebenarnya mereka telah melangkahi garis batas yang tak mungkin mereka bisa kembali lagi.
Ketika ‘malam itu’ telah lewat, perasaan yang ada hanyalah merasa bahwa pasangannya seperti orang lain. Si perempuan merasa dirinya dipermainkan sementara si lelaki merasa si gadis adalah gadis yang ‘gampangan’. Bukannya malah semakin mendekatkan hubungan mereka – yang ada hanyalah perasaan curiga satu sama lain.
Pernyataan yang muncul kira-kira seperti ini: “Jika dia mau melakukan ‘hal itu’ padaku, bisa saja dia telah melakukan dengan orang lain?”
Cinta yang sesungguhnya tentu penuh rasa tanggung jawab menurut saya (apakah Anda juga berpikir seperti itu?). Oleh sebab itu, apa solusinya bagi mereka yang telah berpacaran?
Kita tahu bahwa sepasang kekasih sering kali lebih akrab secara fisik. Waktu yang dihabiskan mungkin lebih banyak untuk bercumbu-cumbuan tanpa ada percakapan yang membina. Jadi, mulai dari sekarang (pas banget nih ntar malem adalah malam minggu), sediakanlah waktu untuk berkomunikasi. Bicarakan hal-hal posistif yang dapat membangun keakraban yang lebih hakiki. Ciee..
Ingat seks bisa menunggu!
Jadi, kenapa para remaja tidak mengambil tindakan yang lebih berguna ketimbang memikirkan dan menghabiskan waktu untuk ‘hal-hal tersebut’?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar